Candu Informasi

Dewasa ini, informasi seakan telah menjadi makanan sehari-hari umat manusia dari berbagai belahan dunia manapun. Batas geografis serta perbedaan zona waktu seakan tidak lagi menjadi penghalang untuk tersebarnya informasi ke segala penjuru. Pesatnya perkembangan teknologi, baik itu untuk kebutuhan medis, militer, atau bahkan kebutuhan komunikasi turut menjadi factor penting berubahnya pola hidup serta pola sebar informasi bagi umat manusia.

Pola hidup yang semakin digital yang mengubah stigma umat manusia dalam berkehidupan, ternyata telah mengubah mindset manusia untuk suatu kebutuhan informasi. Pada zaman sebelumnya, mungkin umat manusia memerlukan usaha lebih demi mendapatkan suatu informasi yang diinginkan. Namun pada saat ini, cukup dengan berbagai konsol yang dengan mudah serta terjangkau dapat kita dapatkan, dan hanya dalam satu kali “klik”, kita dapat secara langsung mendapatkan apa saja yang menjadi kebutuhan kita dalam berkomunikasi.

Pola hidup tersebut menjadikan umat manusia sebagai masyarakat informasi, yang dalam kesehariannya sangat bergantung, bahkan membutuhkan informasi sebagai penunjang hidup. Kemudahan akses untuk mendapatkan informasi apapun yang diperlukan membuat umat manusia seakan hampa ketika suatu saat mereka tidak dapat mengakses konsol atau media yang mereka miliki untuk mengakses informasi. Banyaknya poros serta sumber informasi, kemudahan akses, serta banyaknya konsol yang tersedia, membuat seluruh umat manusia pada saat ini sangat bergantung terhadap informasi yang tersebar di berbagai penjuru dunia,

Hal tersebut pula yang terjadi di Indonesia. Perkembangan teknologi yang cepat juga ternyata turut dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Perbedaan status ekonomi dengan berbagai negara di Eropa juga ternyata tidak menjadi penghalang yang berarti untuk perkembangan teknologi juga perubahan pola hidup menjadi masyarakat informasi. Hal tersebut juga dapat semakin dimengerti ketika mengetahui bahwa semakin maju zaman, ternyata didukung oleh semakin terjangkaunya berbagai konsol teknologi komunikasi.

Namun ternyata, pada saat proses implementasi teknologi komunikasi, masyarakat Indonesia terlihat belum begitu siap seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Karena pada kenyataannya, proses implementasi teknologi komunikasi tidak melulu pada aspek penyerapan konten, hal tersebut juga menyangkut cara dan proses penggunaan teknologi komunikasi (Teknis Teknologi Komunikasi).

Tidak mudah bagi masyarakat awan untuk menerima begitu saja perubahan teknologi yang terjadi dalam hidup mereka. Diperlukan pikiran yang bijak untuk menerima jejalan-jejalan teknologi yang datang seiring dengan kemajuan zaman. Kita ambil satu kasus, yaitu pada masyarakat dengan usia paruh baya (sekitar 50 tahun ke atas), yang tidak dapat dengan mudah menerima perubahan teknologi dengan bijak, dan cenderung menggunakan “cara lama” dalam mendapatkan suatu informasi. Lain kasus dengan masyarakat awam dengan latar belakang pendidikan serta ekonomi yang jauh di bawah standar. Dengan keadaan yang sudah jelas bahwa mereka tidak mampu menggunakan teknologi modern karena factor pengetahuan dan daya serap otak yang minim, hal tersebut pun diperparah dengan factor ekonomi yang menuntut mereka untuk tidak membeli atau memakai teknologi modern. Seluruh hal di atas juga mendukung suatu teori yang dikemukakan oleh Everet M. Rogers, yaitu teori Difusi dan Inovasi, dimana dalam teori tersebut terdapat dua aspek khusus yang berkaitan dengan penggunaan teknologi komunikasi sebagai media baru, yaitu aspek Complexity (kerumitan penggunaan suatu teknologi komunikasi yang terbilang modern) dan aspek Trialability (kemungkinan untuk mencoba suatu media baru).

Ketika kedua dari sejumlah aspek tersebut tidak terpenuhi, muncullah suatu keadaan yang disebut sebagai kesenjangan digital, suatu hal yang di Indonesia ini sangat terasa dan sulit untuk dibantahkan keberadaannya. Suatu keadaan dimana ada suatu belahan di negeri ini yang tidak turut merasakan pesatnya perkembangan teknologi serta perkembangan informasi. Hal tersebut terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia yang masih belum merata, serta kategori Indonesia yang masih termasuk ke dalam negara berkembang. Kedua hal yang telah disebutkan barusan merupakan suatu implikasi dari buruknya perekonomian di negara ini. Dan pada akhirnya, kesenjangan digital tersebut memacu tumbuhnya satu jurang dimana pihak yang telah merasakan dampak positif dari perkembangan teknologi memiliki kompetensi yang jauh di atas masyarakat yang belum tersentuh perkembangan teknologi, yang pada akhirnya memicu opini penulis, bahwa Indonesia tidak memiliki kompetensi untuk menyamaratakan seluruh rakyat dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi.

One thought on “Candu Informasi

Leave a comment